BAB I
TINJAUAN TEORI
1. PENGERTIAN
Stroke
atau cedera cerebrovaskuler adalah
kehilangan fungsi otak yang diakibatkan
oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi
penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun (Smeltzer C. Suzanne, 2001).
Stroke
adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresi cepat, berupa
defisit neurologis fokal dan/atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih
atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan oleh gangguan
peredaran darah otak non traumatik. Bila gangguan peredaran darah otak ini
berlangsung sementara, beberapa detik hingga beberapa jam (kebanyakan 10-20
menit), tapi kurang dari 24 jam, disebut sebagai serangan iskemia otak sepintas
(transient ischamia attack=TIA) (Luckman
& Sorenson 2002).
Stroke
secara umum merupakan defisit neurologis yang mempunyai serangan mendadak dan
berlangsung 24 jam sebagai akibat dari terganggunya pembuluh darah otak (Hudak
dan Gallo,2000).
2. ANATOMI
FISIOLOGI
elix mugenz |
Gambar : 0.1
Otak dibagi menjadi 3 bagian besar yaitu
serebrum, batang otak, serebellum. Semuanya berada dalam satu struktur tulang
yang disebut tengkorak. Otak dibungkus oleh selaput otak (meningen) yang
terdiri dari 3 lapisan:
a. Duramater, lapisan paling luar berasal
dari jaringan ikat tebal dan kuat yang bersifat liar, tebal, elastis, berupa
serabut dan berwarna abu-abu.
b. Arakhnoid, merupakan lapisan bagian tengah
yang memisahkan duramater dengan piamater. Lapisan ini bersifat tipis dan
lembut menyerupai sarang laba-laba, berwarna putih, karena tidak dialiri darah.
Pada dinding arakhnoid terdapat pleksus yang memproduksi cairan serebrospinal.
c. Piamater, merupakan lapisan yang paling
dalam.
Bagian-bagian otak:
a. Serebrum (otak besar)
Merupakan bagian yang terluas dan terbesar
dari otak, terdapat 4 lobus yaitu:
ü
Lobus
frontalis, area ini mengontrol perilaku individu, membuat keputusan
kepribadian, dan menahan diri. Juga merupakan pusat tertinggi dan fungsi
otonom, seperti respon kardiovaskuler dan aktivitas gastrointestinal.
ü
Lobus
parietal, area ini menginterpretasikan sensasi. Sensasi rasa yang tidak
berpengaruh adalah bau. Lobus parietal mengatur individu mampu mengetahui
posisi dan letak bagian tubuhnya dan pergerakan.
ü
Lobus
temporalis, area ini menginterpretasikan sensasi bau, pendengaran, dan
keragaman bunyi. Kerusakan pada lobus ini menimbulkan gangguan dalam mengerti
bahasa. Sel yang berfungsi dalam mengerti bahasa; disebut Wernick’s area.
Ingatan jangka pendek dan intelektual sangat berhubungan dengan daerah ini.
ü
Lobus
oksipital, area ini merupakan pusat penglihatan. Fungsi serebrum yang terdiri
dari ingatan pengalaman-pengalaman yang lalu, pusat persyarafan yang menangani
aktivitas mental, akal, intelegensi, keinginan dan memori, pusat menangis, BAB
dan BAK.
b. Batang otak
Terdiri dari otak tengah, pons dan medulla
oblongata.otak tengah berfungsi: refleks penglihatan dan koordinasi gerakan
penglihatan . pons berfungsi: menghubungkan kedua hemisfer serebrum serta menensefalon dengan medulla oblongata di
bawah. Medulla oblongata
berfungsi: sebagai pusat refleks yang penting untuk jantung, vasokonstriktor,
pernapasan, bersin, batuk, menelan mengeluarkan air liur dan muntah. Diensefalon
berisi thalamus sebagai pusat penyambung sensasi bau yang diterima. Hipotalamus
berfungsi untuk mempertahankan pengaturan suhu tubuh. Kelenjar hipofisis
menghantarkan stimulus yang berhubungan dengan pergerakan otot, refleks
penglihatan dan pendengaran. Pons menghantarkan impuls ke pusat otak, dan
medula oblongata berperan dalam kontrol fungsi pernafasan bersin, menelan,
batuk, pengeluaran saliva, muntah dan vasokonstriksi.
c. Serebellum (otak kecil)
Berperan dalam rangsangan, menghambat dan
tanggung jawab terhadap koordinasi dan gerakan halus.
d. Sirkulasi Serebral
Sirkulasi serebral menerima + 20% dari
curah jantung atau 750 ml/menit. Sirkulasi ini sangat dibutuhkan karena otak
tidak menyimpan makanan, sementara otak mempunyai kebutuhan metabolisme yang
tinggi. Darah arteri mengalir mengisi dari bawah dan vena mengalir dari atas.
e. Pembuluh darah arteri otak
Otak mendapat darah dari dua pembuluh
darah besar yaitu dua arteri karotis interna dan dua arteri vertebralis. Arteri
karotis interna memberikan sirkulasi darah otak bagian anterior. Arteri
vertebral berasal dari arteri subklavia. Arteri vertebral ini bergabung
membentuk arteri basilar dan selanjutnya bercabang membentuk kedua arteri
serebral posterior yang mensuplai permukaan otak interior dan mediana, juga
bagian lateral lobus oksipital.
Daerah-daerah yang sering mengalami
sumbatan adalah arteri vertebro basilaris, arteri karotis interna, arteri
serebri anterior, arteri serebri posterior dan arteri serebri media. Sumbatan
ini mengakibatkan gangguan aliran darah ke seluruh lobus-lobus yang ada di otak
besar.
f. Sirkulus Willisi
Pada
dasar otak di sekitar kelenjar hipofisis, sebuah lingkaran arteri terbentuk di
antara rangkaian arteri karotik internal dan vertebral. Lingkaran ini
disebut sirkulus willisi yang dibentuk dari cabang-cabang arteri karotik
internal, anterior dan arteri serebral bagian tengah dan arteri penghubung
anterior dan posterior. Aliran darah dari sirkulus willisi memberi rute
alternatif pada aliran darah jika arteri tersumbat karena spasme vaskuler,
emboli atau karena trombus dapat menyebabkan sumbatan aliran darah ke distal
neuron-neuron dan hal ini mengakibatkan sel-sel neuron cepat nekrosis .
(Smeltzer C. Suzanne, 2002).
3.
KLASIFIKASI
Stroke
dapat digolongkan sesuai dengan etiologi atau dasar perjalanan penyakit. Sesuai
dengan perjalanan penyakit ,stroke dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
a. Serangan
iskemik sepintas/ TIA ( Trans Iskemik Attack) gangguan neurologis setempat yang
terjadi selama beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan spontan dan
sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam
b. Progresif/ inevolution (stroke yang sedang
berkembang) stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan
neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24
jam atau beberapa hari
c. Stroke lengkap/completed : gangguan
neurologis maksimal sejak awal serangan dengan sedikit perbaikan. Stroke dimana
deficit neurologisnya pada saat onset lebih berat, bisa kemudian membaik/menetap
Klasifikasi berdasarkan patologi:
a. Stroke haemorhagic: stroke yang terjadi
karena pembuluh darah di otak pecah sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di
hilir. Penyebab stroke hemoragi antara lain: hipertensi, pecahnya aneurisma,
malformasi arteri venosa. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau
saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya
menurun.
b. Stroke non haemorhagic: dapat berupa
iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya terjadi saat setelah lama
beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan
namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul
edema sekunder , Kesadaran umummnya baik (Harsono,2000).
4. ETIOLOGI
Beberapa
keadaan dibawah ini dapat menyebabkan stroke antara lain :
1. Thrombosis Cerebral.
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh
darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapa
menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya.Thrombosis biasanya terjadi pada
orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena
penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan
iskemi serebral.Tanda dan gejala neurologis seringkali memburuk pada 48 jam
setelah thrombosis.
2. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik.
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik.
3. Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan ,sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, oedema, dan mungkin herniasi otak.
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan ,sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, oedema, dan mungkin herniasi otak.
4. Hypoksia Umum
- Hipertensi yang parah.
- Cardiac Pulmonary Arrest
- Cardiac output turun akibat aritmia
5. oksia setempat
a. Spasme arteri serebral
, yang disertai perdarahan subarachnoid.
b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.
b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.
6. Faktor risiko penyebab stroke yaitu;
- Hipertensi
- Penyakit
kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif, fibrilasi
atrium, penyakit jantung kongestif)
- Kolesterol
tinggi
- Obesitas
- Peningkatan hematokrit ( resiko infark
serebral) (Harsono, 2000).
5. MANIFESTASI KLINIS
Menurut
Luckman (2002), stroke dapat menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung
pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang
perfusinya tidak adekuat , dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau
aksesori). Tanda dan gejala ini
muncul pada penderita stroke antara lain :
- Kehilangan motorik : hemipelgi (paralisys pada suatu sisi)
karena lesi pada sesi otak yang berlawanan, hemiparesis atau kelemahan salah
satu sisi tubuh
- kehilangan komunikasi: disartria (kesulitan bicara),disfasia atau
afasia (kehilangan bicara), apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan
yang dipelajari sebelumnya)
- Gangguan persepsi : disfungsi persepsi visual, gangguan hubungan visual
spasial, kehilangan sensori
- Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis
- Disfungsi kandung kemih.
NO
|
DEFISIT NEUROLOGIK
|
MANIFESTASI
|
1.
|
DEFISIT
LAPANG PENGLIHATAN
a. Homonimus hemianopsia (kehilangan
setengah lapang penglihatan)
b. Kehilangan penglihatan perifer
c. Diplopia
|
ü Tidak menyadari
orang/objek ditempat kehilangan peglihatan
ü Mengabaikan salah satu
sisi tubuh
ü Kesulitan menilai jarak
ü Kesulitan
melihat pada malam hari
ü
Tidak
menyadari objekatau batas objek
ü
Penglihatan ganda
|
2
|
DEFISIT MOTORIK
a.
Hemiparese
b.
Hemiplegia
c.
Ataksia
d.
Disatria
e.
Disfagia
|
ü
Kelemahan
wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama
ü
Paralisis
wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama
ü
Berjalan tidak mantap, tegak
ü
Tidak
mampu menyatukan kaki, perlu dasar berdiri yang luas
ü
Kesulitan dalam membentuk kata
ü
Kesulitan dalam menelan
|
3.
|
DEFISIT
SENSORI
Parestesia (terjadi pada sisi berlawanan dari
lesi)
|
ü Kebas dan kesemutan
pada bagian tubuh
ü Kesulitan dalam proprisepsi
|
4
|
DEFISIT VERBAL
a.
Afasia ekspresif
b.
Afasia reseptif
c. Afasia global
|
ü
Ketidakmampuan menggunakan simbol berbicara
ü Tidak mampu menyusun kata-kata yang
diucapkan
ü Kombinasi baik afasia reseptif dan
ekspresif
|
5.
|
DEFISIT
KOGNITIF
|
ü
Kehilangan memori jangka pendek dan panjang
ü
Penurunan
lapang perhatian
ü
Kerusakan
kemampuan untuk berkonsentrasi
ü
Alasan abstrak
buruk
ü
Perubahan
penilaian
|
6.
|
DEFISIT EMOSIONAL
|
ü
Kehilangan
kontrol diri
ü
Labilitas
emosional
ü
Penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stress
ü
Menarik diri
ü
Rasa takut,
bermusuhan dan marah
ü
Perasaan isolasi
|
6. PATOFISIOLOGI
Trombosis (penyakit trombo - oklusif)
merupakan penyebab stroke yang paling sering. Arteriosclerosis selebral dan
perlambatan sirkulasi selebral adalah penyebab utama trombosis selebral, yang
adalah penyebab umum dari stroke. Tanda-tanda trombosis selebral bervariasi.
Sakit kepala adalah awitan yang tidak umum. Beberapa pasien mengalami pusing,
perubahan kognitif atau kejang dan beberapa awitan umum lainnya. Secara umum
trombosis selebral tidak terjadi secara tiba-tiba, dan kehilangan bicara
sementara, hemiplegia atau parestesia pada setengah tubuh dapat mendahului
awitan paralysis berat pada beberapa jam atau hari. Trombosis terjadi biasanya
ada kaitannya dengan kerusakan local dinding pembuluh darah akibat
atrosklerosis. Proses aterosklerosis ditandai oleh plak berlemak pada pada
lapisan intima arteria besar. Bagian intima arteria sereberi menjadi tipis dan
berserabut , sedangkan sel – sel ototnya menghilang. Lamina elastika interna
robek dan berjumbai, sehingga lumen pembuluh sebagian terisi oleh materi
sklerotik tersebut. Plak cenderung terbentuk pada percabangan atau tempat –
tempat yang melengkung. Trombi juga dikaitkan dengan tempat – tempat khusus
tersebut. Pembuluh – pembuluh darah yang mempunyai resiko dalam urutan yang makin
jarang adalah sebagai berikut : arteria karotis interna, vertebralis bagian
atas dan basilaris bawah. Hilangnya intima akan membuat jaringan ikat terpapar.
Trombosit menempel pada permukaan yang terbuka sehingga permukaan dinding
pembuluh darah menjadi kasar. Trombosit akan melepasakan enzim, adenosin
difosfat yang mengawali mekanisme koagulasi. Sumbat fibrinotrombosit dapat
terlepas dan membentuk emboli, atau dapat tetap tinggal di tempat dan akhirnya
seluruh arteria itu akan tersumbat dengan sempurna.
Embolisme: embolisme sereberi termasuk
urutan kedua dari berbagai penyebab utama stroke. Penderita embolisme biasanya
lebih muda dibanding dengan penderita trombosis. Kebanyakan emboli sereberi
berasal dari suatu trombus dalam jantung, sehingga masalah yang dihadapi
sebenarnya adalah perwujudan dari penyakit jantung. Meskipun lebih jarang
terjadi, embolus juga mungkin berasal dari plak ateromatosa sinus karotikus
atau arteria karotis interna. Setiap bagian otak dapat mengalami embolisme,
tetapi embolus biasanya embolus akan menyumbat bagian – bagian yang sempit..
tempat yang paling sering terserang embolus sereberi adalah arteria sereberi
media, terutama bagian atas.
Perdarahan serebri : perdarahan serebri
termasuk urutan ketiga dari semua penyebab utama kasus GPDO (Gangguan Pembuluh
Darah Otak) dan merupakan sepersepuluh dari semua kasus penyakit ini.
Perdarahan intrakranial biasanya disebabkan oleh ruptura arteri serebri.
Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak dan /atau subaraknoid, sehingga
jaringan yang terletakdi dekatnya akan tergeser dan tertekan. Darah ini sangat
mengiritasi jaringan otak, sehingga mengakibatkan vasospasme pada arteria di
sekitar perdarahan. Spasme ini dapat menyebar ke seluruh hemisper otak dan
sirkulus wilisi. Bekuan darah yang semula lunak menyerupai selai merah akhirnya
akan larut dan mengecil. Dipandang dari sudut histologis otak yang terletak di
sekitar tempat bekuan dapat membengkak dan mengalami nekrosis. Karena kerja
enzim – enzim akan terjadi proses pencairan, sehingga terbentuk suatu rongga.
Sesudah beberapa bulan semua jaringan nekrotik akan terganti oleh astrosit dan
kapiler – kapiler baru sehingga terbentuk jalinan di sekitar rongga tadi.
Akhirnya rongga terisi oleh serabut – serabut astroglia yang mengalami
proliferasi. Perdarahan subaraknoid sering dikaitkan dengan pecahnya suatu
aneurisme. Kebanyakan aneurisme mengenai sirkulus wilisi. Hipertensi atau
gangguan perdarahan mempermudah kemungkinan ruptur. Sering terdapat lebih dari
satu aneurisme (Smeltzer C. Suzanne, 2002).
7.PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1) Pemeriksaan Radiologi
a)
CT Scan
Memperlihatkan
adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark
b)
Angiografi serebral
membantu
menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau obstruksi
arteri
c)
MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark,
hemoragik
d)
EEG: Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
e)
Ultrasonografi
Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena
f) Sinar X Tengkorak : Menggambarkan
perubahan kelenjar lempeng pineal
2) Pemeriksaan Laboratorium
a)
Pungsi
lumbal : pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang
masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal
(xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
b)
Pemeriksaan
darah rutin.
c)
Pemeriksaan
kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat
mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian berangsur-angsur turun kembali.
d)
Pemeriksaan
darah lengkap : unutk mencari kelainan pada darah itu sendiri (Hudak, 2000).
8.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan umum 5 B dengan penurunan kesadaran :
1. Breathing (Pernapasan)
a. Usahakan jalan napas
lancar.
b. Lakukan penghisapan
lendir jika sesak.
c. Posisi kepala harus baik,
jangan sampai saluran napas tertekuk.
d. Oksigenisasi terutama
pada pasien tidak sadar.
2. Bood (Tekanan Darah)
a. Usahakan otak mendapat
cukup darah.
b. Jangan terlalu cepat
menurunkan tekanan darah pada masa akut.3.
3. Brain (Fungsi otak)
a. Atasi kejang yang timbul.
b. Kurangi edema otak dan
tekanan intra cranial yang tinggi.
4. Bladder (Kandung
Kemih)
a. Pasang katheter bila
terjadi retensi urine
5 .Bowel
(Pencernaan)
a. Defekasi supaya lancar.
b. Bila tidak bisa makan
per-oral pasang NGT/Sonde.
6. Menurunkan kerusakan sistemik.
Dengan infark
serebral terdapat kehilangan irreversible inti sentral jaringan otak. Di sekitar zona jaringan
yang mati mungkin ada jaringan yang masih harus diselamatkan. Tindakan awal
yang harus difokuskan untuk menyelamatkan sebanyak mungkin area iskemik. Tiga
unsur yang paling penting untuk area tersebut adalah oksigen, glukosa dan
aliran darah yang adekuat. Kadar oksigen dapat dipantau melalui gas-gas arteri dan
oksigen dapat diberikan pada pasien jika ada indikasi. Hypoglikemia dapat
dievaluasi dengan serangkaian pemeriksaan glukosa darah.
7. Mengendalikan
Hypertensi dan Peningkatan Tekanan Intra Kranial
Kontrol hypertensi, TIK dan perfusi serebral dapat membutuhkan upaya dokter maupun perawat. Perawat harus mengkaji masalah-masalah ini, mengenalinya dan memastikan bahwa tindakan medis telah dilakukan. Pasien dengan hypertensi sedang biasanya tidak ditangani secara akut. Jika tekanan darah lebih rendah setelah otak terbiasa dengan hypertensi karena perfusi yang adekuat, maka tekanan perfusi otak akan turun sejalan dengan tekanan darah. Jika tekanan darah diastolic diatas kira-kira 105 mmHg, maka tekanan tersebut harus diturunkan secara bertahap. Tindakan ini harus disesuaikan dengan efektif menggunakan nitropusid. ika TIK meningkat pada pasien stroke, maka hal tersebut biasanya terjadi setelah hari pertama. Meskipun ini merupakan respons alamiah otak terhadap beberapa lesi serebrovaskular, namun hal ini merusak otak. Metoda yang lazim dalam mengontrol PTIK mungkin dilakukan seperti hyperventilasi, retensi cairan, meninggikan kepala, menghindari fleksi kepala, dan rotasi kepala yang berlebihan yang dapat membahayakan aliran balik vena ke kepala. Gunakan diuretik osmotik seperti manitol dan mungkin pemberian deksamethasone meskipun penggunaannya masih merupakan kontroversial.
8. Terapi Farmakologi
Kontrol hypertensi, TIK dan perfusi serebral dapat membutuhkan upaya dokter maupun perawat. Perawat harus mengkaji masalah-masalah ini, mengenalinya dan memastikan bahwa tindakan medis telah dilakukan. Pasien dengan hypertensi sedang biasanya tidak ditangani secara akut. Jika tekanan darah lebih rendah setelah otak terbiasa dengan hypertensi karena perfusi yang adekuat, maka tekanan perfusi otak akan turun sejalan dengan tekanan darah. Jika tekanan darah diastolic diatas kira-kira 105 mmHg, maka tekanan tersebut harus diturunkan secara bertahap. Tindakan ini harus disesuaikan dengan efektif menggunakan nitropusid. ika TIK meningkat pada pasien stroke, maka hal tersebut biasanya terjadi setelah hari pertama. Meskipun ini merupakan respons alamiah otak terhadap beberapa lesi serebrovaskular, namun hal ini merusak otak. Metoda yang lazim dalam mengontrol PTIK mungkin dilakukan seperti hyperventilasi, retensi cairan, meninggikan kepala, menghindari fleksi kepala, dan rotasi kepala yang berlebihan yang dapat membahayakan aliran balik vena ke kepala. Gunakan diuretik osmotik seperti manitol dan mungkin pemberian deksamethasone meskipun penggunaannya masih merupakan kontroversial.
8. Terapi Farmakologi
Antikoagulasi dapat
diberikan pada stroke non haemoragik, meskipun heparinisasi pada pasien stroke
iskemik akut mempunyai potensi untuk menyebabkan komplikasi haemoragik.
Heparinoid dengan berat molekul rendah (HBMR) menawarkan alternatif pada
penggunaan heparin dan dapat menurunkan kecendrungan perdarahan pada
penggunaannya. Jika pasien tidak mengalami stroke, sebaliknya mengalami TIA,
maka dapat diberikan obat anti platelet. Obat-obat untuk mengurangi perlekatan
platelet dapat diberikan dengan harapan dapat mencegah peristiwa trombotik atau
embolitik di masa mendatang. Obat-obat antiplatelet merupakan kontraindikasi
dalam keadaan adanya stroke hemoragi seperti pada halnya heparin.
9. PATHWAY
10 PENGKAJIAN
a. Pengkajian Primer
1. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan
sekret akibat kelemahan reflek batuk
2. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan
yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
3.
Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap
lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan
membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
b. Pengkajian Sekunder
1. Aktivitas dan istirahat
Data Subyektif: kesulitan dalam beraktivitas :
kelemahan, kehilangan sensasi atau paralysis, mudah lelah, kesulitan istirahat
(nyeri atau kejang otot )
Data obyektif: Perubahan
tingkat kesadaran , perubahan tonus otot
(flaksid atau spastic), araliysis hemiplegia ) , kelemahan umum dan
gangguan penglihatan
2. Sirkulasi
Data Subyektif: Riwayat penyakit jantung (penyakit
katup jantung, disritmia, gagal jantung ,endokarditis bacterial), polisitemia.
Data obyektif: ipertensi
arterial, disritmia, perubahan EKG, pulsasi : kemungkinan bervariasi dnyut
karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
3. Integritas ego
Data Subyektif: Pasaan tidak berdaya, hilang harapan
Data obyektif:
labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan, gembiraan dan berekspresi diri
4.
Eliminasi
Data Subyektif: ikontinensia, anuria, distensi
abdomen (kandung kemih sangat penuh ),
tidak adanya suara usus( ileus paralitik )
5. Makan/ minum
Data Subyektif:
ü
Nafsu makan hilang
ü
Nausea
/ vomitus menandakan adanya PTIK
ü
Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan,
disfagia
ü
Riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darah
Data obyektif:
ü
Problem
dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan faring )
ü
Obesitas ( factor resiko )
6. Sensori neural
Data Subyektif:
ü
Pusing
/ syncope ( sebelum CVA / sementara
selama TIA )
ü
nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub arachnoid
ü
Kelemahan,
kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti lumpuh/mati
ü
Penglihatan berkurang
ü
Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada
ekstremitas dan pada muka ipsilateral ( sisi yang sama )
ü
Gangguan
rasa pengecapan dan penciuman
Data obyektif:
ü
Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan
, gangguan tingkah laku (seperti: letergi, apatis, menyerang) dan gangguan
fungsi kognitif
ü
Ekstremitas : kelemahan / paraliysis (
kontralateral pada semua jenis stroke, genggaman tangan tidak imbang,
berkurangnya reflek tendon dalam (
kontralateral )
ü
Wajah: paralisis / parese (ipsilateral )
ü
Afasia (kerusakan
atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif/ kesulitan berkata kata,
reseptif / kesulitan berkata kata komprehensif, global / kombinasi dari
keduanya
ü
Kehilangan
kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli taktil
ü
Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan
motorik
ü
Reaksi
dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi ipsi lateral
7. Nyeri / kenyamanan
Data Subyektif:
ü
Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
Data obyektif:
ü
Tingkah
laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial
8. Respirasi
Data Subyektif:Perokok ( factor
resiko )
9.Keamanan
Data obyektif:
ü
Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan
ü
Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk
melihat objek, hilang kewasadaan terhadap bagian tubuh yang sakit
ü
Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan
wajah yang pernah dikenali
ü
Gangguan
berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu tubuh
ü
Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit
terhadap keamanan, berkurang kesadaran diri
10. Interaksi social
Data obyektif:Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi
11. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG
MUNGKIN MUNCUL
1. Perfusi jaringan tidak efektif: cedera b.d
gangguan sirkulasi darah ke otak
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b/d
ketidakmampuan pemasukan
3. Pola nafas tidak efektif b/d spasme otot,
paralisis
4. Kerusakan mobilitas fisik b.d kerusakan
neuromuskuler, kerusakan persepsi sensori, penurunan kekuatan otot.
5. Kerusakan komunikasi verbal b.d penurunan
sirkulasi ke otak.
6. Sindrom defisit self-care: b.d kelemahan,
gangguan neuromuskuler, kerusakan mobilitas fisik
7. Kurang pengetahuan keluarga tentang
penyakit dan perawatannya b/d kurang
paparan dan keterbatasan kognitif
8. Gangguan eliminasi BAB b/d imobilisasi (Carpenito, 2000).
12. FOKUS RENCANA INTERVENSI
a. perfusi jaringan tidak efektif b.d gangguan sirkulasi darah ke otak
NOC:
a) Fungsi neurology meningkat,TIK
dbn, Kelemahan berkurang
b) Kesadaran meningkat,Fungsi
motorik meningkat, Fungsi
persepsi sensorik meningkat.,Komunikasi kognitif meningkat, Tanda vital stabil.
NIC : Monitor
neurology
- Monitor
tanda-tanda adanya peningkatan TIK tiap jam.
R/ Peningkatan TIK
menyebabkan terganggunya perfusi jaringan serebral.
- Kaji
tanda-tanda delirium dan gelisah.
R/ Sebagai indikator
adanya peningkatan TIK.
- Observasi TTV (S, N, TD, HR).
R/ Indikator yang
menunjukkan gangguan sirkulasi.
- Observasi status neurologis dan bandingkan dengan keadaan normal.
R/ Menunjukkan perubahan
tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK.
- Atur posisi kepala maksimal 15oAtau tanpa bantal.
R/ Meningkatkan
sirkulasi/perfusi serebral dan mengurangi resiko peningkatan TIK.
- Berikan istirahat/tirah baring.
R/ Aktivitas berlebih
dapat meningkatkan TIK.
- Kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian terapi antikoagulasi.
R/ Meningkatkan dan
memperbaiki aliran darah serebral dan mencegah terjadinya trombus
b.Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake makanan yang inadekuat (mual, muntah, anoreksia
dll).
NOC : status nutrisi adekuat
a) Nafsu makan meningkat
b) Tidak terjadi penurunan BB
c) masukan nutrisi adekuat
d) Menghabiskan porsi makan
e) Hasil lab normal (albumin, kalium)
NIC : Nutrision management
a)
Awasi konsumsi makanan / cairan
R: Mengidentifikasi kekurangan nutrisi
b) Perhatikan adanya mual dan muntah
R: Gejala
yang menyertai akumulasi toksin endogen yang dapat mengubah atau menurunkan
pemasukan dan memerlukan intervensi
c)
Beikan makanan sedikit tapi sering
R: Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan makanan
d)
Berikan perawatan mulut sering
R: Menurunkan
ketidaknyamanan stomatitis oral dan rasa tak disukai dalam mulut yang dapat
mempengaruhi masukan makanan
e)
kolaborasi
dengan ahli gizi dalam pemberian diet sesuai terapi
R/memenuhi
nutrisi pasien secara adekuat.
c. Pola nafas tidak efektif b/d spasme otot, paralisis
NOC :
a) Tidak ada dispnea
b) Kedalaman nafas normal
c) Tidak ada retraksi dada /
penggunaan otot bantuan pernafasan
NIC : Oxygen Therapy
a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya
crakles
R: Menyatakan adanya pengumpulan sekret
b.
Ajarkan pasien nafas dalam
R:
Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran O2
c.
Atur posisi senyaman mungkin
R: Mencegah terjadinya sesak nafas
d.
Batasi untuk beraktivitas
R: Mengurangi beban kerja dan mencegah terjadinya sesak atau
hipoksia
e.
Kolaborasi pemberian oksigen
R/ mengurangi sesak
d. Kerusakan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuskuler, kerusakan
persepsi sensori, penurunan kekuatan otot.
NOC : Level
mobilitas:
a) Peningkatan fungsi dan kekuatan otot
b) ROM aktif / pasif meningkat
c) Perubahan posisi adekuat
d) Fungsi motorik meningkat
e) ADL optimal
NIC : Latihan : gerakan sendi (ROM)
a.
Berikan
latihan ROM pada ekstremitas sejak awal.
R/ Mempertahankan tonus otot,
meningkatkan sirkulasi dan mencegah kontraktur.
b. Ubah posisi tiap 2 jam.
R/ Mencegah terjadinya kerusakan
integritas kulit.
c. Beri sokongan pada ekstremitas.
R/ Mencegah terjadinya kontraktur.
d. Anjurkan klien melakukan latihan ROM
sendiri selama 15-30 menit bila memungkinkan.
R/ Mencegah kekakuan otot.
e. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
terapi relaksasi otot, antispasmodik sesuai indikasi, seperti baklofen, dan
trolen.
R/ Diperlukan untuk menghilangkan
spastisitas pada ekstremitas yang terganggu
e. Kerusakan komunikasi verbal
b.d penurunan sirkulasi ke otak.
NOC :
a) Klien dapat memahami komunikasi dengan
orang lain.
b) Klien dapat menggunakan bahasa isyarat
untuk berkomunikasi.
NIC :
a. Kaji kemampuan klien untuk berkomunikasi
secara verbal.
R/
Mengetahui tingkat kemampuan klien untuk bicara.
b. Beri dukungan klien untuk aktif
berkomunikasi secara verbal.
R/
Melatih dan mengembalikan minat bicara secara bertahap.
c. Anjurkan keluarga/orang terdekat untuk
mempertahankan usahanya untuk berkomunikasi dengan klien.
R/
Mengurangi isolasi sosial klien dan menciptakan komunikasi yang efektif.
d. Bicara dengan nada normal dan hindari
percakapan cepat.
R/ Nada tinggi dapat
merusak fungsi telinga dan menimbulkan pasien marah.
DAFTAR
PUSTAKA
Carpenito,
Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa
Keperawatan. Edisi 8. Jakarta
: EGC
Harsono. 2000. Buku
Ajar : Neurologi Klinis. Gajah Mada: University Press.
Hudak, Gallo. 2000. Critical Care Nursing. Philadelphia .
JB. Lippincot Company
Luckman & Sorenson. 2002. Medical Surgical Nursing. Philadelphia
: W.B. Saunders Company.
NANDA. 2009. Nursing
Diagnoses-Definitions & Classificaions. Philadelphia : Mosby Company
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar